5 ALASAN BERHUBUNGAN SEKS DI PAGI HARI ITU PENTING
CatatanKu - Banyak yang bilang bahwa berhubungan seks di pagi hari adalah pengalaman yang menyenangkan. Namun benarkah anggapan tersebut? Temukan alasannya di sini!
Membuat Anda lebih bersemangat di pagi hari
Orgasme yang akan Anda alami saat berhubungan seks akan membuat Anda merasa bahagia dan bersemangat mengawali hari.
Lebih intim
Hubungan seks akan membuat Anda lebih mesra dengan pasangan karena Anda jadi lebih intim. Lagipula hal itu lebih baik daripada mendengkur bukan?
Balas dendam atas aksi malam yang terlewatkan
Apakah Anda pernah menolak ajakan pasangan untuk berhubungan seks di malam hari karena Anda merasa lelah setelah seharian beraktivitas? Well..Anda bisa melakukan aksi 'balas dendam' di pagi hari
Membuat Anda lebih sehat
Sebuah penelitian seperti yang telah dilansir oleh idiva.com mengungkapkan bahwa berhubungan seks di pagi hari dapat meningkatkan IgA Anda. IgA adalah salah satu zat antibodi yang ada di dalam tubuh. Jadi ucapkan selamat tinggal pada pilek dan gangguan kesehatan ringan lainnya!
Lebih lama!
Kadar testosteron seorang pria yang tertinggi ada di pagi hari setelah ia beristirahat secara berkualitas. Hal ini berarti bahwa ia juga sedang dalam keadaan penuh energi di pagi hari akibatnya aksi bercinta pun menjadi lebih lama.
Nah, bagi Anda yang telah berpasangan tidak ada salahnya untuk mencoba berhubungan seks di pagi hari. Selain lebih intim maka Anda dan pasangan juga akan lebih sehat.Banyak yang bilang bahwa berhubungan seks di pagi hari adalah pengalaman yang menyenangkan. Namun benarkah anggapan tersebut? Temukan alasannya di sini!
NASIONALISME ISLAM MENJELANG KEMERDEKAAN
CatatanKu - Sebagai agama universal, islam kemudian menjadi roh bagi bangkitnya paham dan pergerakan nasionalis sesuai kontek zaman dan kondisi sosial pada masing-masing bangsa. Dalam konteks seperti itulah menanggapi bangkitnya pergerakan islam Indonesia menjelang kemerdekaan, bung Karno menyatakan :
Banyak nasionalis-nasionalis di antara kita yang sama lupa bahwa pergerakan nasionalisme dan islamisme di Indonesia ini –ya, diseluruh asia ada sama asalnya,... dua-duanya berasal melawan nafsu barat, sehingga sebenarnya bukan lawan melainkan kawanlah adanya. Betapa lebih luhhurnya sifat nasionalis Prof T.L. Varwani, seorang yang bukan islam yang menulis : “jikalau islam menderita sakit maka roh kemerdekaan timur tentulah sakit juga, sebab makin sangatnya negeri-negeri Muslim kehilangan Kemerdekaannya makin sangat pula imprealisme eropa menceklik roh Asia.
Nasionalis-nasionalis itu lupa, bahwa orang islam yang sungguh-sungguh menajalankan keislamannya, baik orang arab maupun orang india, baik orang mesir maupun orang manapun juga, jikalau ia berdiam di Indonesia wajib pula bekerja untuk keselamatan Indonesia itu. Di mana-mana orang Islam bertempat.... di situlah ia harus mencintai dan bekerja untuk keperluan negeri itu dan rakyatnya. Inilah nasionalisme Islam! Sempit budi dan sempit pikiranlah nasionalisme yang memusuhi islamisme serupa ini.”
Demikianlah, maka kebangkitan nasionalisme islam di indonesia di tandai dengan lahirnya sejumlah pergerakan, baik dalam bentuk madrasah, maupun organisasi sosial dan partai politik, adalah bertujuan untuk memperjuangkan kemerdekaan bangsa. Kebangkitan itu sebenarnya merupakan lanjutan dari perlawanan raja-raja lokal dalam sejumlah kesultanan yang ada di tanah air. Seperti diketahui dari perlawanan kerajaan-kerajaan itu terkenal pahlawan muslim antara lain Pangeran Diponegoro dan Kiai Maja (Jawa), Sultan Ageng Tirtayasa (Banten), Sultan Hasanuddin (Makassar), Sultan Khairun (Ternate), Sultan Nuku (tidore), Pangeran Hidayat (Banjar), Sultan Basyaruddin (Deli), Teuku Umar, Cut Nyak Din (Aceh), dan lain-lain, untuk sekedar menyebut, bahkan Kapitan Pattimura ada yang menyebutnya sebagai Muslim.
Setelahh Belanda dapat menaklukkan semua penguasa Lokal, termasuk Kesultanan Muslim itu, Belanda dengan leluasa menguasai bangsa Indonesia dalam segala aspeknya. Dalam suasana demikianlah, perjuangan kebangsaan mengambil bentuk lain, dengan lahirnya gerakan-gerakan dalam bentuk organisasi atau madrasah (sekolah), Kelompok diskusi, serikat dagang, bahkan berupa partai politik. Jadi, dengan segala coraknya itu, gerakan keislaman di Indonesia bersatu dalam hal kebangsaan, yaitu melawan penjajahan untuk membangun negara kebangsaan Indonesia.
Salah satu gerakan yang menandai kesadaran nasionalisme islam di Indonesia ialah bangkitnya kaum ulama si Sumatera menghadapi Kolonial Belanda. Gerakan ini bermula sekembalinya sejumlah ulama Indonesia ke tanah air, H. Miskin dan kawan-kawan dari belajar di Hijas pada tahun 1802. Di Minangkabau mereka dikenal dengan gelar “Harimau nan Salapan,” yakni H. Miskin tuanku di Kubu Sanang, Tuanku di Koto Ambalau, Tuanku di Ladang Lawas, Tuanku di Padang Luar, Tuanku di Galung, Tuanku dilubuk Aur, dan tuanku Nan Renceh. Mereka inilah yang memelopori gerakan pemurnian Islam, merombak secara radikal tradisi masyarakat yang secara prinsip bertentangan dengan syariah. Maka, gerakan ini nantinya berhadapan langsung dengan Belanda yang berpihak pada Kaum Adat, ketika konflik horisontal terjadi antara Kauf Salaf (pemurni) dan Kaum Adat dalam perang Paderi.
Gerakan ini kemudian lebih dikenal masyarakat luas setelah didirikannya suatu perguruan di Bonjol, di bawah pimpinan Mali Basa yang lebih masyhur dengan Imam Bonjol. Kaum adat yang tidak senang terhadap perkembangan gerakan Salaf, memberikan perlawanan keras. Bahkan dengan dukungan Belanda, akhirnya mereka berhasil mengalahkan kaum ulama dalam perang Paderi (1822-1837)
Generasi muda kaum Salafiyah tersebut meneruskan perjuangannya dengan membentuk wadah pendidikan “Sumatera Thawalib” lembaga pendidikan ini pada mulanya merupakan gabungan dari perkumpulan pelajar di bawah asuhan Syekh Abdul Karim Amrullah (ayahanda Buya Hamka) di Padang Panjang, dan perkumpulan yang sama di bawah asuhan Syekh Ibrahim Musa di Parabek. Akhirnya perkumpulan yang sama di sejumlah daerah pun menggabungkan diri dengan sepakat membentuk satu organisasi pada 1922 dengan nama Sumatera Thawalib yang diketuai oleh H. Jalaluddin Taib.
Para pentolan madrasah tersebut mengajarkan paham kebebasan bermazhab, kebebasan berpikir dan kemerdekaan politik dari penjajah Belanda. Karena itu buku-buku yang diajarkan bersikap toleransi bermazhab, metode Ijtihad dan buku fikih lintas mazhab, antara lain kitab bidayat Al-Mujtahid karya ibn Rusyd. Tidak kurang pula tafsir Al-Manar karya Muhammad Abduh dan Rasyid Ridla, yang mendorong perjuangan Muslim melawan kolonialisme Barat.
Sumatera Thawalib kemudian menjadi basis berdirinya organisasi Persatuan Muslim Indonesia (PERMI) tahun 1930, yang dipelopori oleh Datuk Batuah seorang guru yang secara radikal menentang Belanda. Tak lama kemudian PERMI resmi menjadi partai politik (1932) dipunggawai sejumlah tokoh penting seperti H. Ilyas Yakob, Mokhtar Luthfi dan H. Jalaluddin Taib. Melihat ancaman dari gerakan Salafiyah muda terhadap kekuasaan Belanda, pihak kolonial kemudian melakukan tekanan terhadap pergerakan tersebut. Tokoh-tokonya banyak yang dibuang ke Digul. Akhirnya pada 1937 PERMI bubar, walaupun perguruan Sumatera Thawalib sendiri tidak di bubarkan.
Masih di Sumatera berdiri pula sebuah organisasi yang bercorak tradisional bermazhab syafi’i yakni Jami’at al-washliyah (didirikan pada 30 Nopember 1930) di Medan. Organisasi ini dipelopori dan dan dipimpin pertama oleh Abdurrahman Syihab bersama sejmulah rekan-rekannya dari kelompok pengajian Maktab al-islamiyah asuhan Syekh M. Yunus dan Syekh Ja’far Hasan. Selanjutnya Jami’ah alwashliyah banyak melakukan kegiatan da’wah dan pendidikan. Sebagian tokoh-tokonya pun aktif dalam politik, terutama setelah organisasi ini bergabung ke dalam Majelis Syuro Muslimin Indonesia (MASYUMI). Laskar bersama sejumlah organisasi lainnya, dan mengeluarkan fatwa bahwa “gugur dalam mempertahankan kemerdekaan adalah mati syahid.”
ISLAM DI NEGERI BHINNEKA
CatatanKu - Masalah yang selalu hangat dibicarakan menyangkut
umat beragama di Indonesia ialah hubungan timbal balik antara agama dan
pancasila. Pengamalan pancasila sebagai ideologi negara dan pandangan hidup bangsa
Indonesia, merupakan kewajiban konstitusional. Namun dalam konteks ini,
pancasila harus pula dipandang sebagai bagian dari ajaran luhur semua agama,
karena memang pancasila itu sendiri telah mengandung nilai-nilai agama.
Walaupun selama ini ada semacam slogan bahwa pancasila tidak bisa diagamakan
dan agama tidak boleh di pancasilakan.
Hal ini perlu dijelaskan dimulai dari persoalan
bahwa pancasila mengandung muatan-muatan religius, dan keterlibatan manusia
dalam penyusunannya hanya sebatas merumuskan kalimat-kalimatnya. Teks pancasila
dirumuskan oleh pendiri Republik, yang berawal dari pidato Bung Karno pada 1
Juli 1945 di depan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Namun, jika direnungkan
secara mendalam, maka pancasila mengandung nilai-nilai yang bersifat
transendental. Sebut saja, “Ketuhanan yang Maha Esa” adalah kalimat yang
mengandung keharusan bangsa Indonesia untuk beriman kepada Tuhan? Siapa pula
yang menciptakan naluri manusia untuk mengakui adanya Tuhan? Dalam agama-agama
monoteis diajarkan bahwa manusia diciptakan bersama nalurinya untuk beriman,
kemudian Tuhan menurunkan agama kepada manusia sebagai pedoman beriman
kepadanya. Jadi jelas, keharusan beriman kepada Tuhan bukanlah hasil renungan
bangsa Indonesia, atau hasil kontemplasi pemikiran filosof manapun, melainkan
berasal dari syariat Tuhan yang sesuai dengan naluri universal manusia. Atinya,
nilai-nilai yang dikandung Pancasila tumbuh dari dan membudaya dalam kehidupan
religius bangsa Indonesia, jauh sebelum dirumuskannya teks Pancasila itu
sendiri.
Karena itu, Pancasila adalah bagian dari
ajaran agama-agama dan merupakan bentuk pengalaman agama dalam konteks kehidupan
bernegara dan bermasyarakat di Indonesia. Sebaliknya, mengamalkan nilai-nilai
universal agama dalam konteks kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat
secara keindonesiaan berarti telah mengamalkan cara hidup ber-Pancasila. Dengan
kata lain, untuk mengamalkan Pancasila secara utuh dan konsekuen, mustahil
tanpa memandangnya sebagai bagian dari luhur agama yang dianut bangsa
Indonesia.
Pancasila memang bukanlah agama dan
tidak merupakan sinkretisasi ajaran agama-agama, tetapi Pancasila bukan pula
produk pemikiran sekuler yang bertentangan dengan budaya religius Indonesia.
Pancasila adalah anak kandung dari budaya Indonesia yang sudah sejak dahulu kala
menjadikan agama sebagai etosnya. Karena itu, tak ada jalan untuk melepaskan
Pancasila menjadi sekuler, sebab hal itu berarti memisahkan manusia Indonesia dari
jati diri tertentu dalam memaknai Pancasila, apalagi menggantikannya, karena
hal itu merupakan pengingkaran terhadap keragaman agama, etnis dan budaya yang
sudah menjadi jati diri keindonesiaan kita.
Pancasila digagas untuk kesejahteraan rakyat. Jika
Pancasila diawali dengan sila ketuhana, maka ia diakhiri dengan sila Keadilan
Sosial. Dua sial tersebut diantarai dengan tiga sila lainnya, yakni :
Kemanusiaan, Persatuan (kebangsaan) dan Kerakyatan (demokrasi). Semua itu
berarti bahwa sila Ketuhanan menghendaki pengalaman nila agama yang
menitikberatkan pada terwujudnya persaudaraan kebangsaan, keadilan dan
kamakmuran rakyat. Hal ini mustahil dicapai jika setiap umat beragama bersikap
egois untuk kepentingan eksklusif agamanya sendiri. Umat bergama harus bersikap
inklusif dengan mengamalkan nilai-nilai universal agamanya yang toleran pada
agama lain.
Bagi Umat Islam, contoh yang paling tepat mengenai
hal di atas ialah sunnah yang pernah dipraktikkan Nabi Muhammad, dengan
mengutamakan nilai universal Islami ketimbang simbol tekstual, demi perdamaian
bagi masyarakat yang beragam. Coba ingat, ketika Nabi Muhammad melakukan
perundingan damai dengan kaum Quraisy Mekkah pada 628 M (tahun 6 H) di
Hudaibiyah. Hampir saja perdamaian itu gagal, akibat keberatan pihak Quraisy
terhadap Basmalah (bismi Allahi
al-rahmani al-rahim) yang tertulis pada awal naskah perdamaian. Pastilah
tak ada sahabat Nabi Muhammad mementingkan solusi damai ketimbang simbol
formal; maka Nabi pun meminta tulisan Basmalah diganti dengan kalimat yang
lebih singkat bi ismika Allahumma, yang
dapat diterima oleh semua pihak. Sungguh luar biasa, Rasulullah saw benar-benar
memberi rahmah (rahmatan li al-alamin)
untuk perdamaian tersebut.
Dalam konteks kebangsaan kita, sikap itu pula yang
memotivasi pendiri negara, ulama dan generasi Muslim angkatan 1945 untuk
menghapuskan tujuh kata dalam rumusan Pancasila : “dengan kewajiban menjalankan
syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” dengan perdebatan sengit dan
pertimbangan yang mendalam, sila pertama Pancasila itu akhirnya disepakati
dengan rumusan kalimat yang lebih singkat: Ketuhanan yang Maha Esa. Kalimat
singkat ini menghargai pluralitas antarumat beragama di Indonesia, dengan
bertumpu pada nilai universal kemanusiaan, yang jauh dari egoisme
eksklusifistik. Egoisme dalam beragama sangatlah berbahaya bagi masyarakat
majemuk Indonesia, sebab membuat kaum minoritas mengalami tekanan psikologis,
bahkan terkadang tekanan fisik dalam menjalankan agamanya. Hal ini telah
diperingatkan oleh Bung Karno ketika menyampaikan pidato lahirnya Pancasila
pada 1 Juni 1945:
“hendaknya Negara Indonesia ialah negara yang
tiap-tiap orangnya dapat menyembah tuhan dengan leluasa. Segenap rakyat
hendaknya bertuhan secara kebudayaan, yakni dengan tiada egoisme agama. Marilah
kita amalkan, jalankan agama, baik islam maupun Kristen dengan cara yang
berkeadaban apakah cara yang yang berkeadaban itu? Ialah hormat menghormati
satu sama lain.”
Demikian
sedikit ulasan mengenai Pancasila dengan ajaran agam-agamanya semoga bermanfaat
bagi kita semua ,,,,,
INFORMASI
PENGUMUMAN
BUAT ANDA PECINTA NUGGET ENTAH ITU PISANG NUGGET ATAU DAGING NUGGET AKAN HADIR LEWAT ONLINE JADI ANDA NGGAK USAH KELUAR JAUH-JAUH MEMBUANG WAKTU ANDA KEJEBAK MACET DI JALANAN HANYA UNTUK MELAMPIASKAN HASRAT ANDA MEMBELI NUGGET.....
CUKUP DIRUMAH ANDA PESAN LEWAT ONLINE KAMI MELAYANI PAKET DELIVERY
TUNGGU OPENINGNYA PADA TANGGAL 20 OKTOBER 2013
ASAL MULA NAMA TABBAE
CatatanKu - Nama Tabbae sudah tidak asing lagi bagi telinga orang-orang di Sulawesi Selatan, ya namanya sangat populer di Bone dan juga sulawesi selatan umumnya, kenapa sih nama kampung yang satu ini sangat populera gitu? mau tahu sejarahnya bagaimana? yuuukkkk simak artikel ini............!!
Setelah Bottoe dan laponrong secara forsil berada dalam kekuasaan wilayah hukum Arung amali, maka status di Boang bottoe diberi gelaran Anre Guru’ yang statusnya sama dengan kedudukan Kepala Kampung. Jadi La Manna ialah Anre Guru pertama di Bottoe dan melaksanakan tugas pemerintahan sebagai bagian dari wilayah takluk kerajaan Arung Amali yang berkedudukan di Taretta.Karena Baringeng dengan Bottoe, persis letaknya pada posisi perbatasan antara soppeng dengan Amali, sehingga baik penduduk Baringeng maupun Bottoe sering timbul insiden perbatasan.
Karena penduduk asli Baringeng seringkali melakukan perburuan rusa dikawasan hutan Bottoe tanpa izin dari pihak penguasa di Bottoe, sehingga timbullah ketegangan antara pihak Arung Amali dengan pihak penguasa di Baringeng Karena dianggap salah satu perkosaan hak, Arung Amali mengeluarkan suatu ultimatun yang sifatnya peringatan terakhir kepada pihak penguasa di Baringeng, agar Baringeng menghormati wilayah teritorial kerajaan Amali di Bottoe tentang seringya terjadi pelanggaran wilayah perbatasan yang dilakukan oleh penduduk Baringeng. Dan sebagai sanksi adanya ultimatum tersebut, Arung Amali memerintahkan kepada Anre Guru Bottoe agar mengadakan penjagaan ketat dan konsolidasi kekuatan dikawasan selatan hutan Bottoe.
Dan setelah perintah ini diterima oleh La Manna iapun mengadakan rapat khusus dengan para pemuka masyarakat yang diakhiri dengan suatu perintah penegasan, bahwa barang siapa yang berani melanggar wilayah perbatasan kita tanpa syarat “SITABBA BESSIKO” Artinya “baku hantam saja dengan tombak dan jangan mundur” bahasa bugisnya “SANGADI MARETTO TELLUI LISE’NA CENRANAE MUADDAMPENG SORO” artinya “jangan mundur setapakpun kecuali kalau senjatamu sudah patah tiga “
Demikian antara lain kata-kata penegasa La Manna kepada pasukannya yang berjaga-jaga pada posisi kawasan selatan hutan Botto Namun tidak jelas dalam sejarah bahwa penduduk Bottoe dengan Baringeng pernah terjadi pertumpahan darah akibat pelanggaran daerah perbatasan, tetapi barangkali justru faktor ketegasan perintah La Manna ini kepada pasukannya dengan istilah si TABBA BESSIKO sehingga diseputar penjagaan pasukan La manna ini disebut “TABBAE” dan dalam proses perkembangannya lama kelamaan nama TABBAE lebih populer dan lebih tenar dari pada Bottoe, namun pada hakekatnya TABBAE yang kita kenal sekarang sudah dinobatkan menjadi ibu kota Desa Benteng Tellue, tidak lain dari perwujudan Bottoe yang merupakan nama asli nama Kampung tersebut.
itulah sejarah singkat tentang Tabbae ibu kota Desa Benteng Tellue yang berada di Kecamatan Amali Kabupaten Bone, Desa ini menyimpan tempat-tempat wisata yang patut anda kunjungi alamnya yang masih perawan membuat pikiran jadi segar jika anda berkunjung ke Desa ini, sekian sedikit ulasan tentang Tabbae semoga bermanfaat.
Langganan:
Postingan (Atom)