REKAM JEJAK CAPRES PRABOWO

1) Isu konflik dengan Pangab TNI L.B. Moerdani. Maret 1983, saat itu, Prabowo mau melakukan aksi peculikan terhadap Jenderal Benny Moerdani. Pergeseran Prabowo dilakukan Jenderal Benny Moerdani karena melihat gelagat Prabowo semakin menyimpang semenjak mengenyam pendidikan anti teror di Jerman. Tak terima dengan posisi barunya, perseteruan Prabowo dan Benny Moerdani memanas. Semenjak itu, Prabowo membuat ulah dengan melakukan berbagai gerakan yang oleh orang Benny Moerdani dianggap mengarah kudeta.

2) Isu kudeta terhadap presiden Habibie. 22 Mei 1998, Habibie menerima Wiranto di ruang kerja presiden di Istana Merdeka. Saat itu Wiranto melaporkan bahwa pasukan Kostrad dari luar Jakarta bergerak menuju Jakarta dan ada konsentrasi pasukan di kediaman Habibie di Kuningan. Saat itu pula, Habibie menegaskan kepada Pangab agar mengganti Pangkostrad yang dijabat oleh Prabowo sebelum matahari tenggelam.

3) Isu konflik dengan Pangab TNI Wiranto. 16 Mei 1998, sekitar 22.30 WIB, tentang informasi bahwa Pangkostrad menghadap presiden di kediaman, untuk melaporkan bahwa Menhamkan/Pangab telah berkhianat terhadap presiden yang berarti telah berkhianat terhadap pemerintah yang sah. Hal ini benar-benar sudah keterlaluan dan merupakan suatu pemanfaatan dari suatu situasi yang tengah kacau dan tidak menentu dengan suatu arah yang jelas, yaitu penyingkiran.

4) Isu pencopotan dan pemecatan dari TNI. Dicopot dari jabatan Pangkostrad oleh Presiden Habibie pada saat itu. Selanjutnya, Prabowo harus menjalani sidang Dewan Kehormatan Perwira (DKP). Prabowo disinyalir terlibat dalam penculikan aktivis saat masih menjabat sebagai Danjen Kopassus. 15 Perwira tinggi bintang tiga dan empat mengusulkan ke Pangab agar Prabowo dipecat.

5) Dugaan pelanggaran HAM. Pada tahun 1990-an, Prabowo terkait dengan sejumlah kasus pelanggaran HAM di Timor Timur. Pada tahun 1995, ia dituduh menggerakkan pasukan ilegal yang melancarkan aksi teror ke warga sipil di Timor Timur.Peristiwa ini membuat Prabowo nyaris baku hantam dengan Komandan Korem Timor Timur saat itu, Kolonel Inf Kiki Syahnakri, di kantor Pangdam IX Udayana, Mayjen TNI Adang Ruchiatna.Sejumlah lembaga internasional menuntut agar kasus ini dituntaskan dan agar Prabowo dibawa ke Pengadilan Kriminal Internasional di Den Haag.Menurut pakar Adnan Buyung Nasution, kasus ini belum selesai secara hukum karena belum pernah diadakan pemeriksaan menurut hukum pidana. Prabowo juga diduga terlibat dalam peristiwa pembantaian Kraras yang terjadi pada tahun 1983 di Timor Timur.

6) Dugaan penculikan aktivis 97/98. Pada tahun 1997, Prabowo diduga kuat mendalangi penculikan dan penghilangan paksa terhadap sejumlah aktivis pro-Reformasi.Setidaknya 14 orang,termasuk seniman ‘Teater Rakyat’ Widji Thukul, aktivis Herman Hendrawan, dan Petrus Bima masih hilang dan belum ditemukan hingga sekarang.

7) Isu manuver dalam Orde Baru. Dengan menggunakan koneksi dengan Presiden Soeharto, Prabowo dan saudaranya dianggap mencoba membungkam kritik jurnalistik dan politik pada tahun 1990-an.Hasyim gagal menekan Goenawan Mohamad agar menjual koran Tempo kepadanya.Ketika menjabat sebagai letnan kolonel, Prabowo mengudang Abdurrahman Wahid ke markas batalionnya pada tahun 1992 dan memperingatinya agar hanya berkecimpung dalam bidang agama dan tidak menyentuh politik, atau ia harus menghadapi akibatnya bila melanjutkan oposisi terhadap Soeharto.Ia juga memperingatkan Nurcholish Madjid (Cak Nur) agar mengundurkan diri dari Komite Independen Pemantau Pemilu, yaitu badan pengawas pemilu yang didirikan oleh Goenawan Mohamad.

8) Dugaan terlibat dalam kerusuhan Mei 98. Prabowo diduga kuat mendalangi kerusuhan Mei 1998 berdasar temuan Tim Gabungan Pencari Fakta.Bahkan menurut Friend (2003), walaupun kubu Wiranto menekankan bahwa mereka tidak ingin pembantaian Tiananmen terjadi di Jakarta, kubu Prabowo memperingatkan Amien Rais bahwa militer tidak takut akan terjadinya “Tiananmen lain” dan “lautan darah” bila demonstrasi dilanjutkan.Dugaan motif Prabowo adalah untuk mendiskreditkan rivalnya Pangab Wiranto, untuk menyerang etnis minoritas, dan untuk mendapat simpati dan wewenang lebih dari Soeharto bila kelak ia mampu memadamkan kerusuhan

sumber: capres2014.org



Baca Yang ini Juga Ya....

0 komentar:

Posting Komentar